Senin, 28 Januari 2013

puisi tahun baru islam


Selamat  Tahun Baru Kawan

Kawan, sudah tahun baru lagi
belum juga tibakah saatnya kita menunduk, memandang diri sendiri, bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisab-NYA.
Kawan siapakah kitai ini sebenarnya
Musliminkah, mukminin, mutaqin, kholifah ALLAH umat Muhammad kah kita, khoiro ummatin kah kita, atau kita sama saja dengan mahluk lain atau bahkan lebih rendah dari hanya budak-budak  perut dan kelamin,iman kita kepada ALLAH dan yang ghoib rasanya  lebih tipis dari uang kertas ribuan lebih pipih dari kain rok perempuan.
Betapa pun tersiksa kita khusyuk di depan massa dan tiba-tiba buas dan binal justru saat disaat sendiri bersama-NYA
Syahadat kita rasanya seperti perut beduk atau pernyataan setiap pegawai rendahan saja, kosong tak berdaya, sholat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu, lebih cepat daripada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda.
Do’a kita sesudahnya justru lebih serius, kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di surga.
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat tanpa mnggeser acara buat syahwat.
Ketika datang lapar,atau haus kita pun manggut-manggut, oh beginilah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan sodara-sodara kita yang melarat.
Zakat kita jauh lebih dari berat terasa, dibandingkan tukang becak melepas peghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia, kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda.
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri mencari pengalaman spiritual dan material membuang uang kecil dan dosa besar lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi, haji.
Kawan, lalau bagaimana bilamana dan berapa lama kita bersama-NYA atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya mensiasati dunia  sebagai kholifah-NYA
Kawan, tak terasa kita memang semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai kholifah mempercepat proses kematangan kita, paling tidak kita semakin pintar berdalih, kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan, kita berkelahi demi menegakkan kebenaran, melacur dan menipu demi keselamtan , memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan, memukul dan  mencaci demi pendidikan, berbuat semaunya demi kemerdekaan tidak berbuat apa-apa demi ketentraman, membiarkan kemungkaran demi kedamaian.
Pendek kata demi semua yang baik halal lah semua sampai pun paling yang tidak baik.
Lalu bagaimana para cendikiawan dan seniman, para mubaligh dan kyai menyambung lidah Nabi.
Jangan ganggu mereka. para cendikiawan sedang memikirkan segalanya, para seniman sedang merenungkan apa saja, para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana, para kyai sedang sibuk berfatwa dan  berdo’a,  para pemimpin sedang mengatur semuanya biarkan mereka di atas sana, menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri.
Kawan, selamat tahun baru.
Belum juga tibakah saatnya kita menunnduk, memandang diri sendiri.
Ingatlah  kawan di dunia hidup hanyalah sementara kehidupan akhirat lama buat selamanya tanpa kematian bekalnya hanyalah iman dan amal sholeh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar